Anti

Istilah antigen setahun lalu tidak kita kenal secaramasif. Palingan di pelajaran Biologi materi golongan darah. Namun sekarang, tanpa hasil antigen, anda tak dapat beepergian dengan kereta api maupun pesawat. Kapal laut? Bis? Hm…sepertinya tidak ada. Kenapa? Entahlah, belum jadi kasus besar…mungkin. Sebetulnya sebelum vaksinpun teruji mumpuni, pemeriksaan adalah langkah preventif. Tapi, kenapa mahal sekali biayanya? Sudah mahal, ada indikasi tidak akurat pula. Bahkan konon ada sindikat yang dapat memalsukan surat keterangan hasil lab, terutama buat calon penumpang kereta api dan pesawat. Kan gila. Tapi bayangkan, sekeluarga yang terdiri dari lima orang yang mau mudik ke antarpulau naik pesawat, harus test pcr masing-masing Rp900.000. Sangat menyesakkan angka segitu saat ini. Tapi tmpaknya kebutuhan bertemu sangatlah tinggi. Manusia zaman angkatan lahir saya masih lebih suka bertemu langsung daripada bertemu daring. Tapi itupun sudah lumayan sekali dibanding 10 tahun lalu, dimana video con hanya lewat pc/laptop. Sungguh zaman yang sangat berbeda.

Mungkin dampak yang tidak disadari pada masa kini adalah kita menjadi antisosial. Empati tidak terbangun lagi dengan sehat. Peristiwa besar (ataupun kecil) hanya dipantau dari layar kaca baik handphone atau pc/laptop. Kita tidak lagi melakukan kunjungan melawat teman ke rumah sakit, memberi penghiburan bagi yang berduka, mengunjungi sahabat lama yang tak pernah berjumpa. Siapa yang paling rentan dengan keadaan seperti ini? menurut pengamatan saya adalah orang tua usia lanjut. Mereka kehilangan kebersamaan dan teman sapa. Teknologi yang canggih tidak membuat mereka nyaman. Kehadiran begitu penting, isi nomor dua. Saya teringat bila habis bertugas di kebaktian pertama, biasanya sembari makan snack atau minum segelas air hangat, saya menghampiri seorang bapak yang sudah berusia lanjut (saya lupa nama beliau) atau ia menghampiri saya, dan bercakap-cakap bertukar kabar. Dan yang saya ingat, ia menjabat tangan dengan erat. Menunjukkan keakraban dan kehangatan. Dan betapa saat ini, jabat tangan tidak ada lagi. Ada, tapi tidak diadakan. Dan mungkin kita akan lupa bagaimana berjabat tangan, meski vaksin sudah ada. Kehadiran dan jabat tangan adalah dua hal yang membuat kita menjadi anti sosial. Sungguh ironis. Plus kita tak dapat lagi berbagi senyum karena wajah yang tertutup masker. Itulah hidup zaman kini. sampai kapan? sampai maut memisahkan. Halah, gombal.

Supaya tidak lupa, hari ini sebelum pulang, saya mencari sunset di tengah selesainya hujan sore. Saya sedang tak beruntung, sama halnya dengan nasib saya tidak pulang saaat Natal. Begini gambar yang saya dapat:

Sedikit lebih menghibur, supaya ada cerita hari ini sebagai antilupa di tahun depan.

Sekian dan terimalah kasih.