Mailing List

Makan siang kami  hari ini diwarnai dengan diskusi tentang mailing list atau biasa yang disingkat dengan milis. Kami membicarakan milis yang ada di tempatnya Esron. Menurut Esron, bagi ia dan teman-teman alumninya, milis bukan lagi ajang tukar informasi, tetapi menjadi tempat debat yang seringkali tidak menghiraukan etika mengeluarkan pendapat di muka umum (baca: dunia maya). Kadangkala, member milis seenaknya memberikan pendapat atas suatu topik, namun tidak menyertakan alasan atau argumentasi yang mendasarinya. Kata Esron, sebagai contoh, pemilihan Ketua Panitia beserta dengan anggotanya, semua member memberikan pendapat. Namun, tidak semua yang bernada positif (baca: waras). Ada sebagian tidak menggunakan etika penulisan.

Diskusi berlanjut dengan pendapat bang Ronald, bahwa ia kurang tertarik dengan sifat organisasi yang menggunakan milis sebagai sarana komunikasi antara pengurus dengan anggotanya. Menurut Bang Ronald, sedikit pembelajaran organisasi yang didapat dari sarana milis. Banyak hal-hal yang efektif dilakukan dengan rapat secara fisik (tatap muka) dibanding dengan posting di milis dan menunggu tanggapan dari setiap anggota. Untuk hal itu saya sependapat. Namun, memang saat ini ada era organisasi maya dimana pertemuan secara live menjadi kendala. Jadi, memang ada hal-hal yang membutuhkan perlakuan khusus atas masalah-masalah tertentu. Menurut esron, anggap saja milis seperti ini seperti membaca surat kabar; kalau suka ya dibaca, kalau nggak suka, di DELETE saja.

Omong-omong masalah milis, saya banyak mendaftar di berbagai milis, kalau dihitung-hitung sampai dua digit-lah. Disamping itu, saya menjadi administrator beberapa milis. Saya akui, milis yang tidak terspesifikasi menjadi milis yang  tidak punya warna. Contohnya milis alumni. Milis alumni yang saya kelola biasanya memuat berita-berita yang umum. Berita Undangan pernikahan-lah, berita anak lahir, atau berita pameran buku, macam-macam lah. Mengelolanya nggak gampang, ada satu milis alumni yang aktif, ada yang tidak. Aktif disini maksudnya membernya juga ikut rajin posting/reply, bukansekedar member pasif. Pengalaman buruk pernah saya alami, dimana ketika topik milis sedang panas, saya dihubungi oeh teman saya untuk "mendinginkan" suasana, namun saya malah blunder dengan membuat keadaan makin sedikit "kacau." Tapi semua pengalaman, saya menjadi lebih berhati-hati dalam menanggapi suatu postingan member lain dalam milis. Saya sadar, bahwa apa yang kita tulis untuk umum, berbeda dengan yang kita tulis untuk pribadi. Semuanya harus ada etikanya. Saya pikir, alat kontrol itu ada di kita sendiri, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Mari bebas berpendapat dengan bertanggungjawab.

[HWS060509]

Comments are closed.