Menonton Konser Paduan Suara Mahasiswa UNPAD: Bara Renjana

Setelah sekian lama nggak menonton konser paduan suara, baru kali ini saya berkesempatan kembali menonton paduan suara di Bandung. Kadang orang Bandung sendiri belum tentu tahu informasi seperti ini. Hanya orang yang terhubung dengan sumber informasi terpercaya baru bisa mendapatkannya (tsaah). Ya betul. Sebelumnya saya mengandalkan informasi dari koran pikiran rakyat. Setiap Selasa atau Rabu (persis harinya saya lupa), selalu ada dalam rubrik khazanah tentang info-info pagelaran seni dan budaya di Kota Bandung. Sejak langganan koran tersebut dihentikan oleh kantor, praktis saya hanya dapat mengakses epapernya melalui web yang sering kali lambat.

Informasi ini saya peroleh dari media sosial. Tepatnya dari instagram. Sekitar dua minggu lalu sudah ada woro-woro tentang perhelatan tahunan paduan suara mahasiswa ini. Saya hanya melirik tempat dan tanggal, dan Puji Tuhan di Bandung dimana saya masih tugas di sini. Saya memang sengaja tidak pesan jauh2 hari mengingat sering ada event dadakan yang melebihi dadakannya tahu bulat. Atau karena kegoblokan saya mengingat tanggal atau jam karena sering tertukar. Pernah suatu kali saya tidak mengikuti konser biola karena dalam benak saya Pkl 19.30 ternyata Pkl 16.30. Padahal tiketnya sudah dibayar Rp120.000. Nyesek. Pastilah. Karena itu saya memilih membeli tiket konser ini di tempat saja. Kepedean dapat.

Dan benar. Tiket VIP hanya tinggal satu biji!! Panitia ternyata tidak ada tiket kertas, akhirnya saya diberikan pita merah saja. Yang penting dapat. Itu saja. Dan lokasinya bagus seperti foto di bawah ini.

Ada empat babak konser. Babak pertama berisikan musik klasik, babak kedua berisikan musik barat, babak ketiga berisikan musik tradisional dunia, dan babak terakhir berisikan lagu-lagu tradisional Indonesia.

Masing-masing babak dipimpin konduktor yang berbeda, dan tentu saja dengan kostum penyanyi yang berbeda juga tiap babaknya. Saya tidak menghitung pasti, namun perkiraan saya jumlah peserta paduan suara mahasiswa Unpad tersebut mencapai 100 orang. Kalau bicara kualitas suara, saya tidak bisa komentar. Bagus banget. Sempurna. Saya sangat kagum dengan komitmen dan disiplin anggota paduan suara. Bagaimanapun, di tengah-tengah kesibukan perkuliahan mereka, ada satu kegiatan yang mereka senangi, dan dilakukan. Dan ada hasilnya.

Saya berefleksi pada kegiatan yang dilakukan oleh Bapak Bangsa kita, yaitu Muhammad Yamin, dimana masa mudanya pun sangat bergelora mempersatukan Indonesia melalui bahasa. Dalam usia 23 tahun ia sudah menyuarakan Bahasa melayu sebagai bahasa persatuan nusantara. Saya membandingkan dengan saya sendiri. Dimana saya usia 23 tahun? Pada adik-adik mahasiswa di depan saya, mereka sedang berkarya dengan suara mereka. Di tengah mereka bernyanyi dan berekspresi saya membayangkan ah..memang lebih indah tinggal di Indonesia. Sangat-sangat sangat kaya. Saat-saat ini saya mengamati betapa banyak juga anak-anak yang melanjutkan sekolah di luar negeri. Namun ketika melihat paduan suara kemarin, Tidaklah suatu hal yang tidak populer jika sekolah dan kuliah di Indonesia. Malah di dalamnya ada kebanggaan, kecintaan terhadap budaya dan seni Indonesia yang sangat kaya.

Kekaguman saya bertambah ketika di babak akhir menyanyikan lagu-lagu tradisional dengan seluruh anggota paduan suara dengan pakaian tradisional daerah Indonesia. Wuiiih…sangat indah. Mungkin sedikit penonton yang menyadari bahwa melihat konser seperti ini adalah konser kebangsaaan. Melihat bangsa ini dari kesatuan dan keunikan yang sangat beragam.
Saat ini sepertinya bangsa ini sedang terpecah. Karena agama, karena suku, karena perbedaan-perbedaan yang indah sebenarnya. Tampaknya semuanya perlu dipersatukan dengan bahasa universal.
Yaitu dengan keindahan seni
dengan musik
dengan suara

dengan cinta

Bandung,28 April 2017

Comments are closed.