Merawat nalar

Baru sadar, resensi buku Ong Hok Ham yang saya buat dimuat di web penerbit Komunitas Bambu.

Ong Hok Ham adalah dosen jurusan Sejarah UI, skripsinya mengambil topik pergerakan Madiun 1948. Ia lulusan UI dan Harvard University, dikenal suka menulis kolom di Kompas atau Majalah Tempo. Honor menulisnya suka dipakai untuk menraktir atau membantu kawannya.

Sedih juga mendengar berita ada penerbit yang sudah merumahkan (baca: memecat) editornya, demikian juga toko buku fisik juga mungkin akan dikurangi. Saya teringat sekitar delapan tahun lalu saya mengunjungi kantor penerbit Komunitas Bambu di Depok, dan berdiskusi dengan bang JJ Rizal mengenai industri perbukuan. Pada masa itu sudah terjadi dominasi penerbit besar yang mapan dengan jalur distribusi kuat. Saya baru mengerti bahwa ada buku-buku yang diterbitkan, menjadi “sumber” kas bagi penerbit. Dan mirisnya, buku itu seperti buku “How to…….”, “tips untuk………” atau juga seperti novel remaja populer. Sesuatu yang dangkal, yang putarannya cepat menghasilkan sejumlah kas masuk. Mungkin realita itu masih terjadi hingga sekarang. Idealisme untuk menerbitkan/menerjemahkan buku berkualitas masih saya lihat di Komunitas Bambu sampai sekarang. Membaca buku berkualitas tinggi turut merawat nalar kita agar tetap sehat dan waras.

Terakhir, katakan tidak pada pembelian buku bajakan. Kita mencederai intelektualitas dan nalar sehat jika melakukannya.