Teach me O Lord

Kadangkala ketika orang memuji kita, itu tandanya kita harus semakin waspada. Kenapa? ada satu penyakit berbahaya yang sedang mengintai, yaitu kesombongan. Seringkali kita sering terbuai dengan pujian, sehingga kita lupa bahwa kita juga adalah manusia lemah yang tak luput dari kesalahan dan cacat cela.

Maka…kenalilah diri kita. Semakin kita mengenal diri kita yang lemah ini, niscaya penyakit sombong itu tidak berani lagi mengganggu. Kira-kira apa misal pujian itu?

Dari antara temanku, kau paling baik.
Ternyata wawasanmu sangat luas ya….
Nggak nyangka aku, masih muda begini, pinter sekali.

Weiss…..

Namun, sebaik apapun kita memasang “firewall” terhadap pujian-pujian tersebut, janganlah hati kita menjadi tawar. Hal itu akan membuat orang lain akan merasa tidak dihargai. Saya mungkin termasuk orang yang tipe seperti begini, acapkali saya terlibat dalam konflik karena kasus-kasus seperti ini. Saya menyadari juga bahwa terkadang ada konflik dalam diri saya yang tidak saya mengerti dan tidak saya ingini, namun itu senantiasa datang. Saya mengakui, tingkat apresiasi saya terhadap orang lain itu sangatlah rendah. Akhirnya saya menyadari apa sebabnya. Apresiasi saya rendah terhadap hal-hal yang baik dilakukan oleh orang lain kepada saya karena saya sendiri tidak melakukan apa-apa.

Apa maksudnya?
Saya tidak pernah merasa tidak dihargai karena saya sendiri tidak pernah menghargai orang.
Saya terlalu cepat merasa terhakimi, manakala seseorang menuntut penghargaan saya untuk sesuatu hal.
Jujur, saya terlalu asyik dengan diri saya. Hobi saya, pekerjaan saya, kesenangan saya. Akhirnya saya sendiri seperti anak autis yang asyik memerhatikan kancing baju saya dibanding pakaian saya secara keseluruhan.

Lalu bagaimana?
Buka mata. Buka hati. Bukan BUTATA atau BUTITI*
Mata dan hati melihat jauh ke dalam sampai ke hal-hal yang tidak terlihat. Ada sesuatu yang indah di balik sana, ada pemaknaan atas suatu peristiwa atau cerita. Ada proses penyerahan diri atas tubuh dan pikiran yang fana ini. Ada proses pemurnian persepsi dan jati diri.

Tuhan, ampunilah aku yang seringkali tidak mengandalkanmu. Aku lemah ya Tuhan. Papah aku, aku tidak sanggup berjalan sendiri. Ajari aku ya Tuhan, berbagi dengan sesamaku. Supaya aku senantiasa bersyukur di dalam Tuhan Yesus, juruslamatku, Amin.

*) BUTAKAN MATANYA
   BUTAKAN HATINYA

~~~~~~~~~~
SBP 170409 

Comments are closed.