to be happy

dalam sebuah diskusi di suatu awal tahun, saya mendapat sekelumit kisah hidup dari seorang kawan lama, ia terserang diare pada malam natal.

Ia mengatakan bahwa ia dirawat di IGD karena sudah lebih 20 x ke belakang. Selanjutnya membuat saya merenung, betapa rentannya hidup untuk hal-hal yang tampaknya sederhana: contohnya makan.


Namun,  ternyata tidak sesederhana itu.  Cerita berlanjut dengan pergumulan sehari-hari dengan pekerjaan, keluarga, serta pilihan dan rencana hidup selanjutnya. Diskusi terputus karena saya harus kembali ke acara gladi resik untuk mengecek beberapa titik yang menjadi tanggung jawab saya.

Saya merasa bahwa kehidupan saya tidak lebih baik darinya, toh hidup saya sendiri juga punya cerita dengan kerumitannya sendiri. Pengalaman mengajarkan bahwa kesenangan dan kebahagiaan tidak terletak pada apa yang dikatakan orang lain, tetapi menemukannya dalam diri sendiri. Saya tahu itu tidak mudah, tetapi itu yang membuat waras dalam merespon hidup yang keras ini.

Satu hal lagi yang menurut saya supaya hidup lebih berguna adalah mempelajari satu hal baru. Setelah acara natal kemarin, saya ingin belajar tentang pengeditan multi media. Saya percaya, bahwa life is a journey, not (only) destination. Kadang kala mengasyikkan menyusuri jalan-jalan ketidaktahuan, memegang dinding-dindingnya yang dingin, meski waktupun semakin terbatas.

hws01022020