Age quod agis.

Hola

Apa kabar. How life?

Hari ini saya membaca sebuah kutipan, kira-kira isinya begini:

Orang lemah dan orang kuat, pada umumnya membuat kesalahan yang sama banyaknya. Ya. Sama. Perbedaannya, orang kuat menerima kesalahannya, bangkit dan kembali mencoba (membuat kesalahan baru).

Setelah saya renung-renungkan, kenapa kadang kita menyesal, itu karena ada proses memahami suatu kesalahan di masa lalu, menjadi benar-benar kenyataan yang mau tidak mau (sepertinya harus) diterima.

Juga, kenapa orang tua mendidik keras anak-anaknya, kemungkinan telah memahami bahwa ada kesalahan yang membuatnya sadar agar tak terjadi pada anaknya. Mungkin. Saya hanya menduga. Tapi itupun masih relatif, karena manusia itu lemah. Sadar di lamunan, belum tentu sadar di tindakan.

Apa yang membuat kita kaya sebetulnya adalah pengalaman berjumpa dengan orang-orang. Karena dengan itu kita dapat bertukar cerita tentang pengalaman kesalahan di masa lalu. Saya percaya kitapun sedang berusaha membalut luka-luka ataupun mengoreksi diri seraya menerima bahwa ada kesalahan yang kita lakukan melukai orang lain.

Apakah itu cukup?

Entahlah. Soal cukup selalu menjadi pergumulan. Karena kita lemah.

Simanindo, 04022022