Bubur Ayam

Siapa tidak kenal bubur ayam? Jujur saya mengenal jenis makanan ini setelah tinggal di ibukota. Yang saya tahu sebelumnya ialah jenis makanan seperti ini adalah makanan anak bayi atau makanannya orang sakit. Penggemar bubur ayam cukup banyak. Tidak heran jika setiap hari yang jualan bubur ayam selalu kewalahan melayani pembeli. 


Teringat makan bubur ayam, ini adalah makanan saya di kala saya terkena sakit tifus sewaktu kuliah dulu. Beruntungnya, di kontrakan kami, ada yang masakin buat saya, yaitu ceu Etty. Tiap pagi saya udah disiapkan bubur ayam, sebuah telur rebus, dan ikan lele rebus (berhubung tidak boleh makan daging, pedas-pedas, dan makanan berserat tinggi). Kalau masalah rasa, sejujurnya tidaklah enak, sebab saat itu juga selera makan tidak ada dan mulut berasa pahit. Tetapi bubur ayam ini mengingatkan saya pada sebuah suasana dimana ketika saya sakit, saya tertolong dengan makanan ini. 
Seperti gambar ini, dimana bubur ayam pun ‘memasuki’ hotel sebagai menu sarapan (biasanya). Entah mengapa saya terlalu menuduh kalau masakan tradisional masuk ke hotel maka rasanya tidak ‘sesuai aslinya’ lagi. Saya sendiri memang tidak akan memilih jenis ini karena saya tidak pintar ‘meracik’ bubur ayam. Pernah saya mencoba, hasilnya komposisi yang saya buat tidak pas. Semoga bubur ayam tidak kalah dengan makanan fast food lainnya yang sudah jelas tidak sehat. Tentu saja karena bubur ayam adalah makanan asli Indonesia.
Selamat makan bubur ayam.

Comments are closed.