Cerita awal tahun

Awal tahun 2011 ini bisa dikatakan pekerjaan saya agak tidak begitu banyak. Sebab telah dicicil pada akhir tahun lalu, yang menyebabkan saya juga tidak cuti. Syukurnya ada waktu luang saya gunakan untuk mengurus dokumen yang hilang. Iseng saya perhatikan speedometer di sepeda motor, ternyata pernah dalam sehari saya menempuh 90 km! Wuiiih..Jujur, menjadi pengalaman baru bagi saya untuk menempuh jalan-jalan di kota tangerang selatan, yaitu pamulang, ciputat, serpong, pondok aren, jurang mangu, dan sebagainya lah.

Hmm..ternyata saya berhadapan dengan aparat publik yang tidak sepenuhnya berdedikasi melayani masyarakat. Untuk pengurusan KTP saya harus mengeluarkan Rp20.000 di kelurahan, Rp40.000 di kecamatan. Untuk pengurusan STNK, saya harus mengeluarkan Rp30.000 di pemeriksaan fisik kendaraan, dan Rp70.000 di Tata Usahanya. Ini biaya yang tidak resminya ya, kalau dengan resminya, saya masih membayar pajak kendaraan sebesar Rp250ribuan serta denda dan biaya administrasi STNK sekitar Rp 80.000,00.

Secara rupiah, itu masih wajar menurut saya..tapi pungutan tidak resmi ini yang membuat saya berpikir ulang, apakah memang tidak mencukupinya insentif yang mereka terima, atau ada apa yang salah dengan semuanya ini. Pantasan saja ada “jalur cepat”, “jalur bantuan”. Karena itu berkaitan dengan jumlah rupiah yang akan masuk ke kantong mereka.

Tapi di luar itu semua, saya mendapat pelajaran berharga. Saya jadi mengerti bagaimana proses bisnis dalam pembuatan ktp. Jujur saja, saya awalnya memperoleh KTP dengan cara “nembak” karena berhubungan dengan dokumen yang akan saya ajukan untuk berkas kepegawaian, dan saya tidak mengerti bagaimana mendapatkan KTP di tempat saya kuliah, sampai saya dikenalkan dengan pegawai kelurahan. Sekarang saya paham bagaimana alur yang seharusnya. Yang kedua, STNK. Sejak dikeluarkan oleh dealer motor, saya tidak pernah membayar sendiri pajak kendaraan. Selama kurang lebih 3 tahun, saya selalu ke biro jasa, dengan membayar lebih tentunya, untuk membayar pajak kendaraan. Saya baru paham ketika saya benar-benar mengisi formulir sendiri, mengantri, dipanggil namanya, dan menyaksikan sendiri betapa fotokopi di kantor samsat bisa jadi beromset jutaan setiap bulan kalau begitu caranya.

Lalu setelah paham bagaimana?
ya saya bagikan. Saya berbagi pengalaman dengan menuliskannya di sini. Bagaimana detilnya, nantikan tulisan selanjutnya.

Comments are closed.