Failed

Most great people have attained their greatest success just one step beyond their greatest failure.

Napoleon Hill

Sebetulnya apa makna kesuksesan atau kegagalan menurut Anda? Dalam ucapan selamat, biasanya ada kalimat: “semoga sehat sukses selalu.” Pertanyaan selanjutmya adalah, apakah kesuksesan adalah sesuatu hal yang terus menerus sehingga menjadi “selalu”?

Lazim juga ada ungkapan: Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Di dalam kalimat itu terkandung makna optimis bahwa kesuksesan sedang menunggu waktu yang tepat. Waktu tepatnya kapan? kapan kita tahu sukses itu datang? Tidak tahu.

Dari kalimat di atas lewat permainan kata bisa muncul varian baru sebagai hasil inovasi susunan kata:

  1. Kesuksesan adalah sukses yang berhasil.
  2. kegagalan adalah kesuksesan yang gagal.
  3. kesuksesan adalah kegagalan yang gagal.
  4. kegagalan adalah kegagalan yang berhasil.

Namun terlepas dari sukses atau gagal, sebetulnya apa sih yang terpenting? Saya pernah mendengar kisah seseorang yang nyaris tidak mengenal kegagalan. Kuliah sukses, dapat beasiswa luar negeri, punya pekerjaan yang terjamin, dan seterusnya seperti doa-doa tadi: “semoga sukses selalu”. Hal ini sejalan dengan buku-buku yang memberi judul: kiat sukses menembus ….., sepuluh cara membuat Anda sukses di …., Lalu ke mana tempat kegagalan, kenapa tak ada buku cara membuat kiat gagal, mengapa tak ada doa semoga gagal selalu?

Karena apa? sebetulnya karena tidak mengerti cara memberi makna pada kegagalan.

Dua kata kunci penting: Pertama soal waktu yang sedang tak berpihak atau pada waktu yang tak tepat. Kedua, pemberian makna pada kegagalan. Bahwa gagal sekalipun, tetap menyediakan ruang untuk berefleksi, merenung, belajar bahwa kadang kita pada waktu yang tak tepat.

gambar senja ini bukan senja yang “berhasil”, ada banyak contoh gambar senja yang sempurna: matahari benar-benar terlihat masuk ke dalam peraduan, dan meninggalkan rona merah yang indah.

Saya tahu dan berusaha tetap menyadari bahwa takut gagal adalah kesalahan besar. Disitulah saya mengerdilkan pikiran dan kemampuan. Kedua, waktu tiap orang tidaklah sama. Jadi mengapa menyusahkan diri dengan menetapkan ukuran waktu orang lain pada diri sendiri? Capek kan? capek.

jadi, masihkah Anda berdoa meminta kesuksesan?