Akhirnya, setelah melalui perjalanan panjang dan penuh pertimbangan, saya memutuskan untuk menjadi anggota jemaat. Sebuah keputusan yang sudah lama saya gumulkan, terutama setelah tiga tahun terakhir pindah ke Jakarta. Rasanya seperti menjalani lari marathon—langkah puluhan bahkan ribuan kilometer itu dimulai dari satu langkah kecil.
Langkah pertama saya adalah meminta ayah saya untuk membuatkan surat pindah dari HKBP Takengon. Walau sebenarnya, saya sudah lebih lama meninggalkan Takengon dibanding menjadi jemaat di sana. Namun, selama merantau, saya tidak segera mendaftar di gereja baru. Sejak 2004 hingga kini, saya menyebut diri sebagai “jemaat yang berpindah-pindah.” Meski sejak 2012 sudah menetap di Depok, saya belum memutuskan menjadi jemaat tetap.
Surat pindah itu kemudian diikuti dengan surat baptis dari HKBP Limbong, kampung kelahiran ibu saya di Samosir, dan surat sidi dari HKBP Perumnas Mandala, Medan. Saya masih ingat betul suasana damai di Limbong, khususnya di Pusuk Buhit—tempat yang pernah saya buatkan puisi. Di Medan, saya dan adik saya sering berjalan di rel kereta api untuk belajar sidi, agar cepat sampai. Siapa sangka, sekarang saya malah bekerja di perkeretaapian. Andai ibu saya tahu, pasti beliau tersenyum. Hehehe.
Setelah berbincang dengan pihak gereja, saya ditanya tentang motivasi dan keyakinan saya. Pada akhirnya, saya mantap untuk menetap dan menjawab panggilan jiwa ini. Maka, pada tanggal 29 September 2024, saya mengucapkan janji ketaatan di hadapan altar. Pengalaman yang luar biasa menggetarkan, karena ini pertama kali saya menyatakan janji di hadapan banyak orang. Rasanya semua mata tertuju, dan saya yakin Tuhan menguatkan langkah saya.
Di konsistori, saya berkenalan dengan penatua Megy, seorang pensiunan pegawai negeri dari Kementerian Pertahanan. Percakapan kami hangat, terutama saat ia bercerita tentang pengalamannya memeriksa aset negara di Aceh, dalam suasana syariah.
Perjalanan ini mungkin masih panjang. Saya yakin di dalam setiap langkah hidup ini, selalu ada keajaiban. Tuhan membuka jalan melalui kebetulan yang penuh anugerah, membawa orang-orang dan pengalaman baru yang berharga. Pergumulan yang lain pun masih ada, tapi saya percaya Tuhan akan memampukan, seperti prinsip Fransiskus Xaverius—menemukan Tuhan dalam segala hal.
Kiranya Tuhan selalu menguatkan dan memampukan. Amin.
*Ditulis di atas LRT ke Harjamukti, 4 Oktober 2024*
—
Foto-foto:
1. Pengucapan janji di depan altar.
2. Bersama penatua dan pendeta.
3. Ucapan salam hangat dari jemaat




