Kolom Kosong

Anda mungkin pernah merasakannya, saat langit kesibukan menyelimuti tubuh yang lelah. Hari libur muncul sebagai peluang istirahat, meski hanya sebatas rencana. Saya sendiri mengalami momen ini. Tengah hari, saya singgah di Bentara Budaya Jakarta, menyerap pameran kartun sejenak. Namun, pesan dari atasan menyuruh saya untuk mengisi tabel data dalam lembar kerja juga tak bisa dihindari.

Pekan mendatang mengintai dengan segudang urusan, sehingga saya berpikir untuk mengisi tabel sekarang. Dua lembar pertama terisi dengan mudah, tapi ketika tiba di lembar ketiga, sebuah hambatan muncul. Lembar ini mengharapkan daftar pelatihan sejak tahun 2023. Saat itulah pertanyaan muncul: bagaimana mengisi sesuatu yang tak ada?

Pikiran saya melayang: Mengisi kolom “Nama Penyelenggara” terasa seperti merangkai cerita fiksi, Mengapa form ini tidak mempertimbangkan upaya pekerja untuk mengasah kompetensi? Mengapa partisipasi dalam menonton film inspiratif, membaca buku yang menggugah, atau menghadiri acara yang memberikan wawasan, tak dihitung sebagai langkah bertumbuh?

Saya mulai merenung. Apakah sistem ini benar-benar memahami kompleksitas hidup? Saya menyadari, mungkin sistem ini tak punya kedalaman empati. Bagi mereka, Anda hanya sekumpulan data. Jika nyatanya ada jurang antara kualifikasi dan kenyataan, Apakah ada solusi? Saya merasa bahwa data yang dimasukkan hanya akan berakhir dalam bentuk grafik bisu, tanpa ada ruang untuk nuansa di balik angka-angka itu.

Namun, dalam kegelapan tersebut, cahaya muncul. Saya menyadari bahwa kehidupan tidak bisa direduksi menjadi sekadar tabel dan angka. Ada lebih banyak hal di luar sana yang tak ditampung oleh kolom-kolom kosong itu. Proses pembelajaran dari berbagai sumber seperti kursus daring, obrolan dengan ChatGPT, video inspiratif di YouTube, pencarian di Google, riset online, buku-buku bermutu, dan dialog intelektual —semuanya tidak bisa ditangkap dalam sebaris-sebaris data.

Akhirnya, saya putuskan untuk mengisi ruang imaji kolom kosong itu dengan impian, harapan, dan pengalaman. Saya biarkan itu kosong, sebagai ruang untuk hal-hal tak terukur. Dan tiba-tiba, ide aneh muncul: mengisi kolom yang seharusnya kosong dengan cerita ini. Cerita tentang pengalaman ini, tentang pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari sebuah form sederhana. Cerita yang mengingatkan kita bahwa kita adalah lebih dari sekadar sekumpulan data, kita adalah perjalanan hidup yang unik dan tak terukur.

Ini adalah pengingat bagi kita semua, termasuk Anda. Kita lebih dari sekadar data yang bisa diinputkan. Kita adalah narasi berwarna-warni, pengalaman-pengalaman yang tak terhingga. Meski tak tertangkap dalam angka, kita adalah hidup yang tak pernah bisa direduksi menjadi grafik atau tabel, bahkan usia.

se
ma
ngat!

Helv11082023