Sepinya Jakarta: sebuah Refleksi

Dari Stasiun LRT Harjamukti, suasana sunyi menyapa. Jalanan yang biasanya ramai kini lengang, bagaikan oase di tengah hiruk pikuk Jakarta. Tampaknya, tradisi mudik tahun ini kembali mengantarkan jutaan perantau ke kampung halaman, menciptakan sebuah fenomena unik yang tak ubahnya “ibadah terbesar” di Indonesia.

Di keluarga saya sendiri, lima orang dewasa dan tiga anak-anak telah berbondong-bondong mudik ke Jawa Tengah. Bagi saya, momen mudik ini bukan hanya tentang reuni keluarga, tapi juga kesempatan untuk menikmati Jakarta yang “waras”.

Saat berbincang dengan Abang ojek daring, ia pun mengamini hal yang sama. Jalanan yang biasanya penuh sesak kini lengang, memberikan kelegaan bagi para pengemudi dan penumpang. Perbincangan saya dengan Satpam di Stasiun LRT Harjamukti dan pemandangan yang tersaji di sepanjang perjalanan Transjakarta menuju Pasar Senen semakin menegaskan kenyataan ini: Jakarta sedang sepi.

Setidaknya selama seminggu ini, Jakarta bisa bernapas dengan lega. Polusi dan kemacetan yang mewarnai kesehariannya perlahan memudar. Di angkutan umum, wajah-wajah penumpang tampak lebih tenang, menikmati perjalanan tanpa terbebani stres.

Suasana Jakarta yang sepi ini bagaikan sebuah renungan. Di balik hiruk pikuk dan kesibukan yang tak ada habisnya, ada kalanya kita perlu jeda. Ada kalanya kita perlu merasakan ketenangan dan kedamaian, seperti yang ditawarkan Jakarta saat ini.

Mungkin ini adalah momen bagi kita untuk merenungkan bagaimana keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan, antara ambisi dan ketenangan. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk memikirkan bagaimana kita bisa menjadikan Jakarta bukan hanya sebagai tempat mencari nafkah, tapi juga sebagai rumah yang nyaman dan ramah bagi semua.

Semoga momen mudik ini tidak hanya membawa kebahagiaan bagi para perantau yang berkumpul kembali dengan keluarga, tapi juga membawa perubahan positif bagi Jakarta. Semoga setelah hiruk pikuk mudik usai, Jakarta kembali dengan wajah baru, wajah yang lebih ramah, lebih sejuk, dan lebih manusiawi.