Umi Sardjono

Apa yang menjadi kebijaksanaan saat ini karena pengetahuan saat ini. Kadang kala kita tidak berlaku adil terhadap sejarah, karena ketidaktahuan pada sisi lain suatu peristiwa yang tidak terungkap. Kartini tidak salah dipuja sebagai Tokoh yang maju pemikiran pada zamannya, namun seturut pemikirannya telah menginspirasi banyak Perempuan, fakta telah mengungkap bahwa mereka telah menjadi korban. Kartini tidak tahu. Karena ia sendiri mati muda. Mungkin itu juga yang menjadi kebahagiaan tersendiri bagi orang yang mati muda, tidak banyak merasakan penderitaan. Umi Sardjono, nama yang tidak setenar Rangkayo Rasuna Said atau S.K. Trimurti, tetapi dia lah orang nomor satu organisasi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) yang merasakan penjara dan menyaksikan penderitaan perempuan yang ikut terseret arus “pemusnahan” Partai Komunis Indonesia.

Umi Sardjono, seorang legislator yang giat memperjuangkan kesetaraan jender di Dewan Perwakilan Rakyat. Tidak banyak yang mengulas tentang perjuangannya, karena ia sendiri tidak meninggalkan jejak berupa tulisan, buku, terlebih surat seperti Kartini. Pun, ia pelit bicara kepada orang-orang, meski itu rekan terdekatnya di organisasi pergerakan perempuan. Ia memperjuangkan undang-undang imigrasi yang tadinya mengharuskan istri meminta izin kepada suami jika hendak bepergian ke luar negeri. Selain itu, ia menentang poligami lewat undang-undang perkawinan. Namun, ia tidak dapat memperjuangkan nasib perempuan setelah pecahnya malapetaka 1 Oktober 1965. Kejadian itu mengubah hidupnya termasuk ratusan bahkan ribuan Perempuan di Indonesia.

Saya baru membaca sekilas, dan saya bagikan ulasan Tempo awal Oktober ini. Tentunya dengan pemaknaan baru atas peristiwa masa lalu. Mengutip apa yang menjadi pandangan Victor Frankl, seorang Yahudi Austria yang menekankan perlunya pencarian makna di segala wujud keberadaan, bahkan yang terkelam sekalipun:”Namun tak perlu malu akan air mata, sebab air mata menjadi saksi bahwa seorang manusia memiliki nyali besar, keberanian untuk menderita….kalau memang ada makna dari kehidupan, pasti ada makna dari penderitaan (Man’s Search for Meaning).

Selamat membaca.