bel.a.jar

belajar /bel·a·jar /v 1 berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu: adik ~ membaca; 2 berlatih: ia sedang ~ mengetik; murid-murid itu sedang ~ karate; 3 berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman;~ jarak jauh Dik cara belajar-mengajar yang menggunakan media televisi, radio, kaset, modul, dan sebagainya, pengajar dan pelajar tidak bertatap muka langsung; ~ tuntas Dik pendidikan (pengajaran) yang dilakukan secara menyeluruh hingga siswa berhasil;

 

Kapan Anda terakhir kali belajar? Barangkali yang menenpuh Pendidikan formal akan menjawab bahwa ia tidak berhenti belajar kecuali saat-saat liburan semester. Sesungguhnya peristiwa belajar adalah hal yang sangat-sangat wajar dalam hidup. Evolusi manusia terletak pada proses belajar. Bukti manusia bertahan hidup karena adanya proses belajar-berpikir serta bertindak.

Pertanyaannya sekarang ialah, apakah belajar itu? Saya memberi definisi, bahwa belajar tidak melulu soal teori yang terdapat pada buku-buku teks kuliah, atau tentang keterampilan baru yang mendukung karir. Belajar dapat juga berupa melakukan sesuatu yang berbeda, serta memberi pemaknaan di dalamnya. Atau dapat juga berupa diskusi dengan sejawat atau dengan orang yang berkompeten di bidang tertentu, atau juga menonton video tutorial di kanal youtube, serta media social lainnya. Banyak? Banyak!

Saya membagi pengalaman tentang apa yang saya lakukan tentang cara-cara saya belajar, yang jelas, aktivitas utama dalam hal pembelajaran adalah membaca.

Pertama, baca berita. Pertanyaannya baca berita di mana? Oke. Saya mengamati sebetulnya kebanyakan orang yang sudah memegang telepon seluler, umumnya sudah tersambung ke internet. Pengamatan saya di KRL atau di transjakarta, sering yang dibuka adalah situs media online seperti detik.com atau kompas.com, macam-macam. Selebihnya adalah media social seperti facebook, Instagram, atau twitter. Dulu ada path, sekarang sudah tutup. Baca berita media online membangun wawasan jangka pendek untuk mengetahui apa yang terjadi saat ini. Anda tahu seperti apa isi berita media online?singkat, padat, dan banyak iklan.

Kedua, baca koran. Hal yang tidak tergantikan dari koran adalah adanya kolom tajuk rencana serta opini dari penulis. Hal ini kadang tidak semua media menyertakannya dalam edisi online. Tajuk rencana dan opini merupakan pandangan pribadi dari penulis terkait dengan fenomena yang terjadi terakhir. Tentu opini yang dimuat di koran tidak sembarangan, sudah melewati proses kualitas dari editor. Tambahan data, fakta dan informasi dalam tulisan opini turut menambah wawasan kita, serta melihat sesuatu persoalan atau fenomena dari sudut pandang yang baru.

Ketiga, baca majalah. Saya menyukai majalah, karena disamping gambarnya yang berwarna-warni, liputannya terkadang lebih “tajam”. Saya menyukai liputan investigasi di majalah tempo. Selain itu rubrik memoar atau laporan khusus. Yang saya salut adalah bagaimana mengakses sumber informasi yang dalam bahasa kininya adalah A-1. Serta selalu mewawancarai narasumber yang menjadi pokok laporan. Selain itu rubrik bahasa, dalam rubrik ini sering ditulis tentang penggunaaan bahasa Indonesia yang keliru, atau mempersoalkan suatu istilah tertentu yang tidak pas. Akhirnya saya mendapat tambahan wawasan kebahasaan. Laporan edisi khusus biasanya mengulas tokoh-tokoh tertentu seperti LB Moerdani, Wiji Thukul, Sultan HB IX, M. Yamin, dan sebagainya. Dari liputan tersebut, ada cetakan bukunya yang dijual di toko buku. Dan catatan pinggir Goenawan Moehamad, yang melegenda dari sejak 1980-an. Seringkali saya gagal paham membacanya, karena tidak mengerti konteks peristiwa (sejarah) yang ditulis.

Keempat, baca artikel “berian”. Ini biasanya saya peroleh dari aplikasi Flipboard yang terinstall di HP. Dengan topik atau tema yang saya pilih, maka Flipboard akan mensugesti pilihan-pilihan judul sesuai selera saya. Ada personality, health, history, politics, economy, art and culture, dan sebagainya. Justru saya sering mendapat tips-tips menarik atau ide-ide baru dari baca tulisan artikel tersebut.

Kelima, baca buku. Aktivitas terakhir ini sebetulnya sudah sangat jarang saya lakukan (pengakuan). Padahal, faedahnya sangat banyak. Ada puluhan buku yang sudah saya beli bahkan diberi ke saya, masih belum saya baca semua. Beberapa buku nonfiksi, memang saya hanya baca bab-bab tertentu. Satu lagi, saya menginstal aplikasi moon reader di HP, buat baca buku elektronik. Biasanya saya baca ebook kalau lagi perjalanan di kereta api. Rasanya sekarang baca di laptop merepotkan.

Keenam, menulis. Anda harus menulis, karena sejarah ada karena ditulis. Segenap pembelajaran dan pemaknaan Anda tidak berhenti. Percayalah, ilmu sserta kebijaksanaan bertambah jika Anda menggenapinya dengan menulis.

Bandung, di sudut kamar, 07122018