Obrolan pagi 2

Kutunggu walau tak pasti.

Demikian para Optimizen menuliskannya pada dinding harapan yang rapuh. Namun ada tanya lebih, akankah menunggu yang tak berbatas kenyataan, ataukah menunggu berbatas harapan.

Lagi-lagi apakah waktu hanya ilusi, yang tampaknya tak sederhana detik, jam, dan tahun. Kita dibuat lelah oleh pemahaman yang salah akan waktu.

Manusia dengan pongahnya menjengkali waktu dengan melipat jarak. Waktu diberi narasi, mencapai sesuatu lebih cepat, dan hidup lebih lama. Waktu juga bukanlah hak milik manusia sehingga tak perlu berkata, “terima kasih atas waktunya”

Waktu yang perkasa, berkelindan di antara imajinasi dan kenyataan. Seharusnya engkau memberi luang pada waktu untuk datang bercakap bersama.