Hello Februari

Hai.

Februari kali ini dibuka dengan perayaan Imlek. Tahukah kau bahwa kalender Imlek jauh lebih tua ribuan tahun dari kalender Masehi. Entah kenapa kita pernah tidak ikut merayakannya di orde baru, padahal ada kebajikan dan kebijaksanaan di dalamnya yang memang patut kita petik: bahwa kalender waktu dapat berubah, sebagai penanda waktu musim tanam dan panen.

Apa yang tak berubahnya adalah harapan. Harapan akan penghidupan lebih sejahtera, kemakmuran, dan keharmonisan dengan sesama dan alam. Demikian juga kita, namun dengan alasan pembenaran kemanusiawian akan kontrol diri yang lemah, harapan hanya disuarakan dalam ruang-ruang hampa.

Andaikan waktu adalah satu per frekuensi, maka waktu dapat menjadi lebih pendek pada frekuensi yang bertambah. Andaikan kita bertukar kisah dalam satuan detik waktu, maka usia lebih panjang pada frekuensi yang pendek. Karena itu, waktu tak lebih sebagai penanda peristiwa yang panjang atau pendek.

Jadi, mari kita rayakan setiap penanda waktu dengan berjalan ke depan, seraya sesekali bekas lintasan. Setiap jejak adalah waktu yang seharusnya kita beri cerita.

Maka kali ini, untuk merayakan keberhasilan memasuki Februari kembali adalah dengan berjalan ke Hutan Pinus, tempat dimana kesukaanku bercakap-cakap dengan diriku sendiri tentang lamunan-lamunan yang sunyi.

Selamat datang dan semoga menjadi teman cerita yang menyenangkan.

Siatas Barita, 02022022

Comments are closed.