Jalan pulang 4

Setelah pembicaraan yang penuh kepalsuan usai, kita menyepikan diri pada jalan-jalan sunyi. Entah sampai kapan. Di balik penutup wajah itu kita sembunyikan kepura-puraan yang kita pertahankan. Demi konten hiburan yang segera lenyap ditelan lini masa.

Maka tidak ada yang lebih tabah dari pada orang yang menamakan dirinya pejalan. Ia tak lagi memikirkan kapan tiba, karena baginya waktu tak berbatas kapan atau soal cepat atau lambat. Pada perjalanan yang sama, ia tetap menamakan perjalanan baru. Seperti napas.

Hei. Kuatkan kakimu dan hatimu. Jalan kita masih ada.