Bulan Januari konon berasal dari nama Janus, yaitu dewa dalam mitologi Romawi. Dewa ini digambarkan memiliki dua wajah, satu ke depan dan satunya ke belakang. Janus disimbolkan seperti penjaga pintu gerbang tahun, yaitu seperti bulan Januari saat ini, merupakan pintu depan. Simbol wajah ke depan berarti melihat masa atau waktu yang akan datang, sementara wajah ke belakang, melihat masa yang lampau. Momen tahun baru kali ini sepi dari gegap gempita. Jelas sekali, pemerintah melarang segala bentuk keramaian perayaan tahun baru di ruang publik. Kita tahu apa alasannya, hanya saja kenapa baru sekarang.
Entah dari tradisi apa yang melatari, bahwa setiap malam pergantian tahun, di kalangan orang Batak, selalu ada acara yang dinamakan mandokhon hata. Mulai dari yang paling muda sampai yang paling tua diberi kesempatan berbicara kepada seluruh anggota keluarga satu per satu yang hadir pada malam pergantian tahun tersebut. Intinya adalah mengungkapkan isi hatinya mengenai kesan dan dan meminta maaf serta ungkapan harapan di tahun yang akanndijalani ini. Biasanya dimulai beberapa menit setelah Pkl 00.00 dan diakhiri setelah seluruh anggota keluarga selesai berbicara. Betapa sangat menyiksanya bagi anak-anak untuk menahan kantuk yang sangat saat menunggu gilirannya. Tradisi lisan seperti ini tentu saja punya kelemahan dari sudut pandang keefisiensian waktu serta keefektifannya. Tetapi, momen ini menjadi penting, karena kita belajar mendengar serta berbicara, terlebih hal hal yang sensitif kadang terlontar dan tak jarang tak dapat menahan emosi. Acara biasanya ditutup dengan doa dan makan kue tahun baru. Bagi orang dewasa kadang melanjutkan obrolan sampai matahari naik.
Persoalannya, bagaimana meletakkan posisi masa depan di gerbang tahun? sering hanya “dibungkus” dengan semoga tahun ini lebih baik daripada tahun kemarin. Tidak salah memang, tetapi ada yang kurang dengan kalimat itu. Ketika gagal memaknai tahun kemarin, maka kita hanya mengulang kesalahan yang sama -kata Kerispatih. Belum lagi soal ketidakmampuan kita untuk menyadari kemampuan kita. Itu juga yang membuat akhir tahun depan seolah tiada makna.
Sebuah gambar saya ambil di akhir tahun 2020, di sebuah pasar kaget yang buka sejak malam sampai pagi di Jl. Sudirman Bandung. Saya membeli jagung untuk dibawa pulang, dan saya melihat ke sekeliling dan melihat adanya optimisme di tengah tahun depan mau kayak apa? Boro boro mikir resolusi, hari ini makan apa juga pergumulan hari 1 s.d. 365.
Dewa Janus mungkin bingung juga, ini di Indonesia benar-benar hidup harian.
Selamat hari introvert sedunia,
2 Januari 2021