*Tak ada Tempat (lagi) Bagi Kehilangan*
Telah kujelajahi banyak tanah
tempat manusia mengarungi hidup,
tempat rindu dendamnya berkubang. .
Jejak tanah basah
antara Parapat dan pulau Samosir
bentang alam Danau Toba
kulewati dalam karnaval ingatan
Berjejer deretan waktu
terus mengulang-ulang rinduku yang luka
ingatan itu tiba di poros langit
mengadu tentang luka rindu
yang berkali kali merajamnya;
“hentikan ia yang digdaya..basuhlah luka itu
dengan darah dan persembahan ikhlasnya”
waktu kan bertutur
bagaimana rindu semestinya
menjadi transenden atau justru sebaliknya.
Ia hanya dapat diuji dalam waktu
bukan dalam kata-kata. .
Sebab ia adalah kepastian,
mengisinya dengan pengabdian
yang ikhlas adalah juga kepastian
menegasikan hidup yang merugi.
baiklah, ku kan bergegas
menjemput waktu
berdamai dengan ingatan yang luka
karena tak ada tempat(lagi)
bagi kehilangan.
Dian Cahaya
04112017
Foto: Helvry