Mengikat Kenangan di Bawah Langit Solo

Salam kepada Saudara Pembaca yang budiman,

Saya kembali menginjakkan kaki di kota Solo, yang merupakan kunjungan ketiga saya tahun ini. Bagi saya, Solo adalah lebih dari sekadar kota; itu adalah pusat kenangan dan perjalanan. Perjalanan kali ini tidak hanya terkait dengan pekerjaan seperti dua perjalanan sebelumnya, tetapi juga merupakan lanjutan dari mimpi yang telah saya kejar sejak lama.

Solo bukan hanya kota yang saya kunjungi dalam tiga perjalanan ini, tetapi juga saksi dari perjalanan hidup saya. Di balik rutinitas pekerjaan, saya menemukan peluang untuk mencapai sesuatu yang saya impikan sejak lama, yaitu menaklukkan puncak gunung. Dan kali ini, saat saya menginjakkan kaki di Solo, saya membawa dengan kenangan dari Gunung Slamet.

Saya mengenang perjalanan tahun lalu ketika saya mencapai puncak Gunung Gede di usia 40 tahun, dan sekarang, dengan bimbingan dari mentor saya, Mas Widi, saya berhasil menjejakkan kaki di puncak Gunung Slamet. Itu adalah pengalaman yang penuh tantangan dan kepuasan, yang mengajarkan saya tentang kekuatan tekad dan ketahanan dalam menghadapi perjalanan hidup yang penuh naik turun.

Saat saya duduk di salah satu warung makan di depan hotel saya, Warung Seafood Petruk, menikmati hidangan cap cay istimewa dengan harga yang sangat terjangkau, saya merenung. Ini bukan hanya tentang makanan, tetapi tentang menghargai momen dan kesempatan yang telah saya dapatkan dalam hidup saya.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada diri saya sendiri, yang terus berjuang dan tidak pernah menyerah dalam mencapai impian. Saya merasa bersyukur dan bangga atas pencapaian ini.

Terima kasih kepada Solo yang selalu menjadi saksi setia dalam perjalanan hidup saya. Kembali ke kota ini selalu membawa kenangan indah dan penghargaan akan perjalanan yang telah saya tempuh.

Semoga kita semua dapat terus meraih impian dan merayakan momen-momen berharga dalam hidup ini.

Proficiat!

Salam hangat,

Helvry