Kalau tindakanku tadi diketahui oleh dokter, barangkali aku akan dilaporkan ke Ikatan Dokter Indonesia. Karena aku meminta obat antibiotik tanpa resep dokter. Pasalnya, obatku ketinggalan. Aku memberanikan diri meminta ke poliklinik kantor,
“Pak, saya minta obat ini, satu aja pak.”
“Antibiotik ya?”
“Ya pak”
Si Bapak langsung memberikan satu buah padaku, dan segera kuucapkan terimakasih.
Dalam hati terpikir-pikir, sebenarnya hal itu tidak sesuai dengan prosedur pengeluaran obat oleh apoteker atau pharmacist. Tapi, aku diuntungkan dengan tidak dijalankan prosedur ini di poliklinik kantorku, itu semua akibat lupa, hihihi..ya maap…
“Pak, saya minta obat ini, satu aja pak.”
“Antibiotik ya?”
“Ya pak”
Si Bapak langsung memberikan satu buah padaku, dan segera kuucapkan terimakasih.
Dalam hati terpikir-pikir, sebenarnya hal itu tidak sesuai dengan prosedur pengeluaran obat oleh apoteker atau pharmacist. Tapi, aku diuntungkan dengan tidak dijalankan prosedur ini di poliklinik kantorku, itu semua akibat lupa, hihihi..ya maap…
dimaapin =p
ndak papa..namanya jg manusia, bisa lupa….hehehehe
Kayaknya sering lho padahal diterapkan orang banyak.
@mba imel: bener mbak, untung aja sih bapaknya baik, gak nanya-nanya medical record segala.@leila: wah..di apotik aja kadang beli obat keras nggak pakai resep kok.