Pernahkah anda berpikir bahwa jika setiap pekerjaan diberi target, maka ukuran suatu pekerjaan itu berhasil adalah tercapainya target tersebut. Lalu pekerjaan seperti apa yang punya target? bagaimana dengan pekerjaan yang tidak berhasil didefinisikan targetnya? atau meletakkan target yang tidak tepat pada pekerjaan yang dilakukan?
Dua hari ini saya dan beberapa rekan memeriksa indikator kinerja kunci untuk menilai apakah pekerjaan yang dilakukan telah mencapai target atau belum selama tahun 2019. Ada yang menarik. Salah satu unit kerja diberikan target untuk menurunkan rasio kriminalitas dari tahun sebelumnya. Saya terkejut dan terheran-heran (bukan karena sayur kol), karena kriminalitas itu sendiri merupakan persoalan yang kompleks. Pertama, apa definisi tindakan kriminal, harus jelas seperti apa tindakan tersebut. Kedua, siapa yang melakukan, apakah termasuk orang dewasa yang sudah memenuhi syarat sebagai subyek hukum atau belum? ketiga, bagaimana dampak sosial maupun kerugian yang ditimbulkan tindakan kriminal tersebut? apakah akan menimbulkan kerugian reputasi atau kerugian finansial, seberapa signifikan terhadap organisasi? Keempat, apa tindak lanjut dari teridentifikasinya tindakan tersebut, apakah akan melanjutkannya ke aparat penegak hukum, atau cukup dicatat di laporan begitu saja? Saya yakin Polsek Sumur pun tidak dibebani dengan target menurunkan rasio kriminalitas di daerah perkebonan daerah sini.
Saya hanya memroses data yang tersedia. Menurut data, daerah yang berhati nyaman frekuensi kriminalitasnya sangat kecil dibanding daerah lain. Ya begitulah. Sebuah indikator yang keliru ditempatkan mengakibatkan penilaian keberhasilan yang keliru. Saya mendapatkan pelajaran berharga atas hal itu hari ini. Saya rasa dalam hidup inipun ada target atau keinginan yang keliru kita tempatkan dalam hidup, dan kita baru menyadarinya belakangan. Kita menjadi stress atau depresi mana kala target tersebut tidak tercapai atau nyaris tercapai. Padahal, jika tercapaipun, belum tentu kita tambah bahagia. Kita akan terus menantang hidup kita untuk target-target baru yang lebih. Tidak salah memang. Karena hakikat hidup adalah terus berjuang mengalahkan tantangan terutama dari diri sendiri. Persoalannya adalah: apakah kita cukup menikmatinya, atau hidup kita hanya berorientasi pada target (yang kita buat sendiri)?
Pertanyaan itu mengusik saya, hingga kami harus berbenah. Jam pulang sudah memanggil. Hujan tipis-tipis di luar. Sayapun pulang dan menyempatkan mengambil gambar ini. Dari lift sebuah hotel puluhan purnama yang lalu ternyata saya pernah ke sini.
Helv ++20.02.2020 17.11++