whole-hearted


Masih menyambung posting sebelumnya, Bapak yang memainkan lagu Speak Softly Love itu bernama Pak Rifai. Selintas tidak ada yang isttimewa dengan beliau. Sehari-hari ia bertugas sebagai seorang Bendahara di kantornya.Pada suatu dokumen, aku melihat gelar akademisnya, tertulis Rifai, SE, MAP.

What’s? apa aku nggak salah?? Akhirnya aku mengkonfirmasi ke beliau (maafkan pak, sungguh sangat tidak sopan menanyakan latar belakang jika tidak dekat). Dari hasil obrolan, aku semakin terpukau setelah mengetahui bahwa ia sebenarnya berlatar belakang STM. Selanjutnya berkarir, dan baru Tahun 2005 lalu ia memperoleh gelar Sarjananya dan tahun 2007 ia menyelesaikan tesisnya. Jurusan yang diambil juga (menurutku) adalah jurusan rumit. Strata satunya adalah Manajemen Keuangan, serta pascasarjananya adalah Administrasi Publik.

mengobrol dengan beliau, rasanya kita banyak mengunduh file dari server. Hehehe….Ia menerangkan padaku bahwa ada 4 kuadran lingkungan pekerjaan, mulai dari employee hingga  sampai investor itu loh (By Robert Kiyosaki). Dan ia mengakui bahwa ia berada dalam kuadaran employee, atau dengan kata lain, adalah sebagai karyawan suatu instansi.

Satu hal yang bikin aku terkagum adalah prinsip beliau bahwa nilai yang ia pegang dalam bekerja adalah Keikhlasan. Wuiih….sepertinya kata ini adalah kata yang cukup sering didengung-dengungkan namun baru kali ini aku melihatnya dalam “dunia” nyata. bagaimana tidak, ketika seorang bapak yang sudah tataran pendidikannya seperti di atas, percayakah bahwa beliau adalah orang yang paling dicari kalau ada mau acara di aula, ia harus menjadi sound man, mengecek fungsi mikropon dan speaker apakah bekerja dengan baik, selain itu, setiap pagi ia harus ke mesjid kantor untuk memberitahukan kepada umat, bahwa waktunya sholat subuh.

dan yang bikin kaget, ia banyak mengetahui lagu-lagu rohani kristen, dan ia mengakui dengan bangga, bahwa ia seorang pluralis.
Keluhnya padaku, ia banyak memiliki ide-ide yang tidak bisa ia salurkan karena ia terbatas pada posisi yang kuantitatif (begitu istilahnya), dan ia bermimpi ia bisa pada tataran kualitatif, dimana ia dapat beradu argumen, mengembangkan konsep-konsep pemberdayaan, dan ia ‘mewariskan’jabatan kebendaharaannya dan ia ingin kembali melakukan penelitian dan sekolah ke jenjang lebih tinggi.

Dari perkenalan singkat itu, aku hanya mencoba menyelami cara berpikir dan nilai-nilai yang ia anut seraya berharap semoga membawa (walau sedikit saja) perubahan pada motivasi bekerja padaku.

Amin. Semoga doa dan harapan bapak terkabul.

Comments are closed.