GBK #8

Memang, aksi nyata lebih keras suaranya dibanding bicara. Kali ini kembali ke GBK bukan sekedar olah raga, tetapi juga olah jiwa. Letih perjalanan ke Timur kemarin belum lagi usai, namun bersantai juga bukan menambah istirahat. Kadang kala, melihat dunia baru, mudah dinarasikan sukar untuk dijalankan.

Setelah panas yang terik, maka hujan pada Maghrib  tadi seolah menjadi penyejuk menyambut malam. Saya hanya mencoba tetap konsisten datang ke GBK, turut menikmati hujan deras  menjadi pemandangan yang menghibur.

Saya memerhatikan, sembari menunggu hujan reda, ada yang menatap layar ponsel, ada pasangan yang mengobrol, bahkan ada yang sampai buka laptop. Semuanya masih berpakaian olahraga, baik yang sudah selesai jogging/walking, maupun yang belum seperti saya.

Saya mengamati bahwa hal-hal kecil seperti berjalan di trek jogging, makan makanan yang sehat, atau mengobrol santai sehabis jam kerja di tempat seperti ini, turut mempengaruhi kesehatan mental. Terdengar di sebelah saya, seorang perempuan membicarakan budget di departemennya yang ketat, tidak seperti di departemen lain. Pembicaraan seperti itu juga saya dengar ketika berkeliling stadion GBK melewati orang berkelompok yang sambil berjalan mengobrolkan sesuatu.

Menjelang pukul 20, memasuki lingkar dalam stadion, ternyata banyak orang sudah selesai dan hendak pulang. Namun tidak sedikit juga yang baru saja memulai aktivitas berlari atau berjalan. Hujan tersisa gerimis, namun udara terasa begitu bersih, suasana seperti itu yang saya sukai. Aspal basah, dan udara segar, dan tidak begitu banyak orang.

Dalam lingkaran ini, ada dua dua jenis pelari/pejalan. Pertama yang mengikut arus utama (berlawanan dengan arah jarum jam), yang kedua, adalah yang melawan arus (contra flow). Orang yang mengikuti arus utama biasanya lebih banyak, dan umumnya trek lari seperti itu arusnya. Tetapi, memang ada yang suka melawan arus. Bahkan saya pernah baca di kaus yang tercetak di bagian belakang: komunitas pelari Contra flow. Aneh. Tapi ada. Sebetulnya saya termasuk yang suka melawan arus, tetapi di GBK ini belum nyoba. Soalnya, arus utamanya deras sekali. Haha.

Disisi lain lingkaran ini, ada komunitas aeorobik dan gerak tubuh menggunakan stik drum. Mereka dipimpin instruktur dan dengan musik yang beat-nya enerjik. Bahkan saya perhatikan, ada semua kamera HP terpasang meliput secara langsung, mungkin disiarkan di medsos komunitas itu, untuk berbagi situasi dengan para anggota komunitasnya yang mengikut dari jauh. Sepertinya, bukan hanya rapat yang secara daring, olahraga juga. Minimal getarannya disebarkan.

Target 5 km saya selesai. Saya bergegas pulang, karena jam semakin menanjak tinggi, dan waktu sewa loker saya akan habis. Perjalanan pulang agak tersendat, karena bertukar kabar dulu lewat video call dengan kakak dan adik saya. Inilah Jakarta, meski hari semakin malam, tidak berarti kotanya semakin sepi. Saya berteman pulang dengan para komuterian yang juga menunggu kereta, perjalanan tidak terasa sepi. Begitulah hidup. Berangkat pagi, bekerja, pulang, istirahat, besok kerja lagi. Entah sampai kapan.

Perjalanan panjang itu juga diakhiri. Ada kebetulan-kebetulan dan keajaiban mengejutkan yang saya dapatkan. Dan yang saya tulis ini sebagian kecil dibanding yang saya rekam dalam hati.

04052023

Comments are closed.