Tetiba saya teringat bahwa saya sudah lama tidak menulis. Dan foto ini muncul setelah kawan saya menanyakan bagaimana pengalaman naik gunung ke Merbabu.
Jujur. Saya lupa. Hahaha. Tanggal 28 April 2024 sesuai timestamp foto di atas adalah hari Minggu, dimana hari Jumat sorenya saya masih rusuh mengurus surat tugas audit investigasi ke Yogyakarta. Saya berangkat dari Gambir Jumat malam, dengan kondisi tiket hangus yang seharusnya pukul 16.40 dengan KA Argo Sindoro. Namun saya berangkat jadinya pukul 19.30 dengan KA Sembrani. Saya tiba di Semarang Sabtu dini hari, lalu istirahat di sebuah hotel kapsul dekat stasiun Semarang Poncol.
Siangnya kami tiba di Ambarawa, menginap di hotel yang saya lupa namanya. Senyumnya kami menjemput racepack dulu, sekalian cek mandatory gear yang wajib dibawa saat race. Jujur saya tidak banyak persiapan. Tas saya pinjam Ling Ling, sepatu lari, baru saya beli seminggu sebelumnya. Peluit saya pinjam punya Adi, Manager Parkir, selimut thermal dipinjamin Mbak Dina. Hadeh. Asli saya ikut race ini demi naik gunung dan bareng komunitas. Kalau sendirian, amit amit nggak bakalan.
Hahaha.. Lalu sorenya saya dan Ling Ling makan B2 di kedai dekat hotel. Murah dan enak. Kalau rekan-rekan yang lain pada carbo loading, kami makan yang haram-haram.
Oiya sebelum makan malam, berenang dulu di hotel. Pemandangannya ciamik. Tapi nggak bisa lama-lama. Dingin.
Intinya saya menikmati perjalanan. Capek sangat. Capeeek. Memang bener mottonya, ngeselin tali ngangenin. Anjir. Saya bener bener ampun sama tracknya. Mana saya nggak pakai stick pole, pegelnya luar biasa. Tapi ya itu sudah risiko. Emang suatu saat saya menyimpan keinginan untuk datang lagi sekali lagi. Satu hal kebahagiaan saya yaitu, saya punya kenalan baru, yang berbaik hati memfoto saya di puncak, karena melihat saya kesusahan dengan hp buluk saya yang nggak bisa motret, mungkin karena sudah basah karena keringat. Kami berkenalan dan bertukar nomor hp. Pak Daniel namanya. Sudah senior namun tetap semangat mengikuti race, bahkan tergolong menantang.
Saya pulang. Meski besoknya harus kerja, saya bersyukur, Tuhan baik. Saya tak perlu merasa kecil hati, ia mencukupkan sesuatu pada saya. Saya terhibur karena kebaikanNya. Sesuatu yang berharga dan mahal saya dapatkan lewat race ini.
ad maiorem dei gloriam.