Perayaan

Hari-hari ini diwarnai dengan semakin terkepung dengan pandemi, orang bosan terkungkung di rumah, serta akan dibukanya pembelajaran tatap muka. Pengumuman tentang tidak dilakukannya upacara bendera diwartakan dari jauh hari. Di kantor, pusat belanja, cuci tangan dan pengecekan suhu semakin ketat. Kasus positif? tidak menunjukkan angka penurunan. Beberapa waktu lalu tersiar kabar kantor gubernur Jawa Barat juga ikut dibekukan berhubung terdapat pegawai yang positif.

Perayaan kemerdekaan tahun inipun menjadi muram. Tiada panjat pinang, gerak jalan santai, lomba balap karung, lomba makan kerupuk, dan sebagainya. Tidak ada. Di jalanan kota Bandung, tiap pkl 9 malam beberapa ruas jalan besar ditutup petugas.

Kota belum berpulih.

Di sebuah gang sempit, tempat perjumpaan penghuni yang sesekali bercerita tentang sekolah anaknya, penduduk gang sebelah yang baru saja meninggal, kendaraan yang berselisih, pedagang kopi yang menjual alat alat dagangnya, penghuni kos yang sepi karena pusat belanja belum buka, menjadi topik yang hanya mereka mengerti: lama lama juga biasa.

Bendera-bendera kecil ini menjadi penanda, bahwa tak boleh takluk dengan situasi. Perayaan secara indrawi sebaiknya tak ditinggalkan. Lagi-lagi waktu yang akan dijadikan alasan, semoga doa yang dimunajatkan, Tuhan berkenan.