Test Academic

Hari sabtu dan minggu kemarin benar-benar sangat membuat lelah. Untuk pertama kalinya saya mengikuti ujian Test Potensi Akademik (TPA) dan TOEFL (Test of English as a Foreign Language). Persiapan saya untuk menghadapi kedua tes itu bisa dibilang jauh dari memadai alias tidak ada persiapan. Hari Sabtu pagi, menurut jadwal jam 7 pagi registrasi dan ujian dimulai 7.30 (walau akhirnya diundur hingga pukul 08.00). Penyelenggaranya TPA adalah Bappenas, yang sering sekali tes nya digunakan untuk masuk Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Pagi-pagi yang saya lakukan adalah bangun jam 5 pagi, buka laptop, searching di google dengan kata kunci “Tips dan trik menghadapi TPA.” Beruntung, saya sedikit baca-baca di artikelnya, tips dan triknya kira-kira seperti ini:

  • Soal-soal TPA tidak dirancang untuk dijawab semuanya. Kita ambil soal matematika dasarnya sebagai contoh. 90 soal, 60 menit. Berarti 1 soal 40 detik. Orang jenius macam apa yangbisa ngerjain setiap soal dalam 40 detik? Baca soalnya aja udah 20 detik sendiri. Jadi, strateginya adalah dalam 20 detik membaca soal itu kita sudah tentukan, soal ini gampang atau tidak. Kalo susah, ya tinggal aja, kerjain yang lain. TPA itu soalnya 250 biji, jadi jangan kuatir kehabisan soal.
  • Kerjakan soal yang mudah terlebih dahulu. Ini mungkin trik kuno, tapi beneran harus dipraktekkan. Biasanya yang di depan-depan itu lebih susah dan lebih makan waktu, jadi coba mulai dari bagian belakang.
  • Beli buku-buku TPA ,tapi untuk bisa membayangkan soal TPA yang sesungguhnya, kalikan kesulitannya tiga kali.
  • Untuk menaklukkan soal-soal bahasa Indonesia, sering-sering baca kolom-kolom di koran. You know, those on the editorial pages. Soal-soal bacaan/wacananya kebanyakan diambil dari sana. Kalo nemu kata-kata yang aneh, segera konsultasikan dengan kamus Bahasa Indonesia.
  • Coba ingat beberapa istilah kunci di bidang yang akan dilamar. Ini keluar di beberapa nomor pertanyaan Bahasa Indonesia. Misalnya: variansi, simpangan baku, dan semacamnya.
  •  Sisakan waktu untuk “nembak”. Jelas. Lihat butir nomor satu. Nggak ada nilai minus kok (tapi biasanya tes matematika umum sistem minus).

Saya sama sekali tidak ada persiapan seperti yang dikatakan penulis artikel ini. Aku berpikir nothing to lose, berhubung nggak berharap banyak dari tes ini dan lagian karena gratis dibayarin kantor, hihihihi. Sarapanku hanya sepotong kartika sari yang dibawa ecko dari Bandung kemarin malamnya. Ternyata setelah tiba di lokasi, panitia sudah menyiapkan snack untuk kita, akhirnya saya sarapan dengan sukses.

TPA Bappenas itu terbagi tiga bagian. Saya sendiri lupa apa bagian-bagiannya. Intinya bagian satu tentang mencari padanan kata, sinonim, antonim. bagian dua mengenai angka-angka deh. Buat yang suka matematika, ini adalah “lahan basah.” Dan bagian ketiga, mengenai gambar-gambar dua dimensi dan tiga dimensi.

Jujur, bagian dua itu sangat menguras otakku. Dan hasilnya banyak yang  “nembak.” kuhitung-hitung ada sekitar 20 soal yang aku tebak. Ternyata, benar yang dikatakan penulis di atas, soal-soal sulit diletakkan di bagian depannya, sementara yang mudah-mudah diletakkan mulai dari tengah ke belakang. Sayang, aku baru sadar setelah setengah jam terakhir.

Satu lagi, jangan coba-coba mengerjakan bagian-bagian yang telah dikerjakan tadi. maksudnya begini, Jika saat ini kita mengerjakan bagian 2, jangan coba mengerjakan bagian satunya.  Sebab itu adalah pelanggaran, dan kita akan didiskualifikasi. Setiap bagian itu dibedakan dengan kertas berwarna, sehingga panitia/pengawas akan mudah menemukan peserta yang mengerjakan bagian lain.

Tips dari saya:
Pertama, Ketika mengerjakan soal, lebih baik jawabannya dikasih titik dulu di lingkaran pada lembar jawaban. Nanti saja dihitamin. Hal ini sangat penting karena waktu kita sangat terbatas, terutama di bagian dua tadi itu.

kedua, lebih baik menggunakan pensil 2B yang agak tumpul sebab lebih cepat membulatin dengan pinsil yang tunpul dibanding yang runcing, coba aja kalau nggak percaya.

Ketiga, sering latian. Siapa tahu soal yang kita kerjain adalah model soal yang sudah berulang, sehingga kita tidak perlu mikir lagi apa jawabannya.

Keempat, percaya diri, itu penting sekali. Seperti saya yang percaya dirinya terlalu besar sehingga mengabaikan tiga hal di atas. hehehehe…



…to be continued….

Lihat di attachment contoh-contoh soal TPA