Vacca

Seorang rekan menghubungi saya menayakan perihal pendapat saya mengenai vaksin yang sekarang sedang marak. Tadinya saya berencana melakukan riset kecil untuk menjawab pertanyaannya. Tetapi saya pikirkan ulang, saya tidak punya kompetensi untuk menjawabnya. Saya sama sekali bukan praktisi di bidang kesehatan, apalagi pernah mengecap pendidikan kesehatan. Satu-satunya yang bisa saya buktikan adalah sertifikat dokter kecil sewaktu kelas 4 SD.

Menariknya, walaupun bukan praktisi kesehatan, seorang pemikir budaya, Putu Fajar Arcana menulis hal vaksin di Kompas pada tanggal 13 Januari 2021, bersamaan dengan vaksinasi Presiden Jokowi. Di dalam tulisannya ia mengisahkan bagaimana Edward Jenner dengan penuh risiko menyuntikkan bekas cacar sapi pada seorang anak perempuan yang menderita cacar air (small pox). Ternyata, anak perempuan itu sembuh. Hasil penelitian tersebut, ia tuangkan dalam buku yang berjudul An Inquiry Into the Causes and Effects of the Variolae Vaccinae (1798). Dari kejadian itu, Edward Jenner menemukan konsep vaksin, yaitu memasukkan bibit virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh. Hasil tersebut menghentikan penyebaran virus cacar air secara global pada masa itu (1796). Sejarah cacar air berdasarkan buku The Eradication of Smallpox. Edward Jenner and the First and Only Eradication of a Human Infectious Disease bermula sejak abad 6 di Arabia, dan pertama kali tercatat di Eropa pada abad 14M. Istilah vaksin sendiri bersumber dari kejadian itu yaitu vacca, bahasa Itali yang artinya sapi.

Penulis kedua yang menulis juga perihal vaksin di Kompas adalah Anton Kurnia. Ia dikenal sebagai seorang cerpenis, esais. Saya sendiri berkawan dengannya di Facebook, walaupun ia tidak tahu siapa saya, karena terkadang saya lupa siapa diri saya. Hahaha. Dalam postingan di facebook, ia juga dengan cerdas menceritakan suatu kisah tentang Dilan yang di Bandung, lalu endingnya ada sekalimat tentang vaksin. Da*n. Ringkasnya Anton Kurnia mengisahkan bahwa dunia dalam waktu cepat telah menghasilkan vaksin untuk menghentikan virus covid yang saat ini sudah menyentuh kematian sejuta orang lebih di dunia. Berbagai produk vaksin punya kelebihan dan kekurangan, namun pesan dan semangatnya sama: dunia bahu-membahu, bekerja sama untuk kelangsungan hidup manusia.

Dari kedua tulisan tersebut, ada hal yang menjadi titik perhatian baik Putu Fajar Arcana maupun Anton Kurnia adalah saat ini terjadi realitas yang ironis alih-alih menyedihkan. Terjadi fenomena phobia oleh pandemi ini. Arcana mengisahkan bahwa ada orang yang saking takutnya dengan Covid, di kamarnya selalu tersedia masker, obat gosok, oksimeter. Bahkan ada yang naik motor/sepeda, selalu tergantung masker di stangnya. Anton Kurnia bahkan membahas salah satu dampak pandemi ini adalah munculnya istilah isoman yang ternyata dampak lainnya adalah terjadinya virus kesepian karena harus menjauhkan diri dari orang lain agar tidak menjadi penular.

Saya teringat pada sebuah foto daun-daun berguguran di sebuah taman. Bukan di luar negeri. Pemandangan itu mencuri perhatian saya karena komposisinya yang tidak biasa. Bunga yang berwarna merah muda sudah gugur dan dalam jumlah yang banyak, sehingga seakan-akan bunga gugur itu yang jadi menjadi landasan hamparan tanah berbunga. Saya menangkap pesan bahwa bunga itu gugur untuk memberi kekuatan pada pohon. Agar terus melanjutkan kehidupan.

Di tengah situasi seperti ini, bagaimana kita tetap memlihara daya tahan sampai vaksin yang ampuh itu ditemukan, dan bagaimana tetap waras dalam menghadapi virus kesepian yang juga sama ganasnya dengan covid? Pemazmur memberi alternatif berpikir, yaitu memelihara rasa takjub pada pemeliharaanNya. Kebertahanan selama setahun ini perlu dan patut disyukuri. Dari Jenner kita sepatutnya memaknai bahwa ada yang harus menjadi lemah, baru ada sesuatu yang kuat bekerja. Ada usaha di dalamnya: mencoba dengan tekun. Perlu berapa abad dari mulai cacar air ada sampai vaksin itu tersedia?

Satu pesan yang tidak boleh dilupakan adalah jangan sampai kita menulikan telinga dan membutakan hati pada pesan tersembunyi. Justru dalam kesendirian dan kesepian, kita mengakui kelemahan. Dalam kesepianpun, kita memberi energi baru pada jiwa dan tubuh yang lemah ini, dengan memberi makna-makna baru pada lini masa hidup.

Great are the works of the Lord;
    they are pondered by all who delight in them.

Psalm 111:2

Selamat memasuki bulan kedua. Sudahkah anda siap divaksin?

HWS

Comments are closed.