Suatu urusan yang membawa saya berkomunikasi dengan Satgas penanganan covid-19 lingkup kantor. Pembicaraan hampir setengah jam membahas rencana kerja detail serta prosedur yang harus dilakukan demi suatu rapat tatap muka. Di tengah arus deras positif covid-19 bahkan mulai mengepung di sekitar, disiplin tidak boleh kendor. Di saat seperti ini memang tak perlu demokrasi. Tak guna pendapat mayoritas yang menjadi penentu. Kewarasan ilmiah adalah kunci! saat ini patuh pada otoritas ilmiah dan otoritas kesehatan tak perlu ada excuse. Sangat disayangkan, kebijakan yang tak berbasis data dan ilmiah menjadikan pandemi menjadi seolah bersahabat. Pembukaan gedung bioskop dan rencana pembukaan sekolah pada daerah zona hijau salah satu contohnya. Libur panjang seminggu lalu seperti menuai hasil atas “kebersahabatan” itu. Jumlah kasus meningkat tajam per 30 Agustus 2020. Menurut satgas penanganan covid di kantor, jumlah kasus positif covid meningkat 200%. Tentu angka sebenarnya jauh lebih besar, karena seharusnya dilakukan tracing kepada paling tidak kepada 30 orang yang kontak langsung. Angka positif terpublikasi menjadi bias karena ada potensi angka yang tidak terlacak, tidak ditest.
Mari melihat media informasi daring. Tidak ada gelombang penyampaian informasi secara masif dari otoritas kesehatan. Padahal ini pandemi! Gila. Saya lupa baca dimana bahwa ada survey yang isinya banyak masyarakat tidak mengerti apa itu covid, apa itu PSBB, apa itu social distancing, dst. Justru sebenernya meresahkan adalah ketidakpedulian yang lahir dari banjir informasi.
Menjaga nalar tetap waras. Itu penting.
Seperti petani yang menanam padi, hendaknya kita pun menanam harapan. Entah itu sesuai harapan atau tidak. Tapi tetaplah menanam, selebihnya berpasrah.