Perjalanan dan Dialog Imajiner.

Perjalanan Imajiner Seorang Mahasiswa

Saat ini, saya sudah memasuki perkuliahan baru di jurusan akuntansi. Sistem kampus merdeka memberikan saya kesempatan untuk memilih mata kuliah yang belum tentu mata kuliah wajib saya. Saya memanfaatkan kesempatan ini untuk memilih mata kuliah filsafat.

Filsafat adalah bidang studi yang mempelajari hakikat keberadaan, pengetahuan, nilai, dan akal budi. Saya tertarik untuk mempelajari filsafat karena saya ingin memahami makna hidup dan kehidupan. Saya juga ingin mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan rasional saya.

Saya memilih mata kuliah filsafat karena saya percaya bahwa hal itu akan membantu saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Filsafat mengajarkan kita untuk berpikir secara kritis dan rasional, serta untuk melihat dunia dari berbagai perspektif. Hal ini akan membantu kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam hidup. Terima kasih kepada Jostein Gaarder yang mengenalkan Dunia Sophie pada saya, akhirnya saya dapat mengenal filsafat barat dengan bahasa yang sederhana. Meski itu jauh dari sempurna, tetapi saya merasa perlu berkenalan dengan tokoh-tokoh pemikir pada zaman seperti Platon, Seneca, Aristoteles, Phytagoras, dan banyak lagi.

Selain mata kuliah filsafat, saya juga memilih mata kuliah lain yang relevan dengan jurusan saya, seperti akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, dan audit. Saya ingin menjadi akuntan yang kompeten dan profesional, sehingga saya harus belajar dengan keras.

Sekilas tentang Perjalanan Hidup

Saya sudah menginjakkan kaki di Pulau Jawa selama lebih dari dua puluh tahun. Dalam waktu itu, saya telah mencapai banyak hal, tetapi juga banyak hal yang belum tercapai.

Salah satu pencapaian terbesar saya adalah lulus dari SMA dengan nilai yang tidak sepenuhnya baik, namun menunjukkan perbaikan. Saya tidak berhasil masuk ke perguruan tinggi favorit saya, yaitu Universitas Genteng Merah. Dan saya juga tidak berhasil lulus dari perguruan tinggi dengan predikat cum laude, seperti yang diunggah pada media sosial anak-anak sekarang. Bagi saya, lulus saja sudah puji syukur Alhamdulillah. Proses hidup ternyata tidak semudah buku-buku motivasi. Kehidupan adalah sekolah sesungguhnya. Jatuh dan bangun, memulai dari kos atau kontrakan satu ke kontrakan lain. Pernah mengalami kehilangan dan kehabisan uang untuk kontrakan. Hidup berbagi tempat tinggal dan juga mencicipi makan yang enak dan yang terbatas. Sungguh saya cinta dengan makanan Indonesia yang luar biasa lezat.

Dalam hal dalam karir, Saya berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai akuntan di badan Lembaga negara. Saya menyadari pekerjaan di tempat itu menyenangkan, ada kebanggaan namun sebetulnya menjadi semu ketika berhadapan dengan surat yang dinamakan: mutasi.

Namun, ada juga beberapa hal yang belum tercapai dalam hidup saya. Saya belum menikah dan belum memiliki anak. Saya juga belum memiliki rumah sendiri.

Saya sering merenungkan kembali pencapaian yang pernah saya rancang. Saya menyadari bahwa saya telah mencapai banyak hal, tetapi saya juga menyadari bahwa masih banyak hal yang harus saya capai. Permenungan itu menuntun saya menanyakan Kembali pada diri: apakah semua harus tercapai? Atau saya harus belajar menerima dengan kesadaran, bahwa ada sesuatu hal penting lainnya yang harus saya kerjakan.

Saya menyadari bahwa usia saya tidak lagi muda. Saya harus bijaksana menata kembali sisa usia produktif saya. Saya harus fokus pada hal-hal yang penting dan bermanfaat bagi saya.

Perbincangan dengan Rekan Sekolah

Dalam perbincangan dengan rekan sesekolah menengah atas yang dulu paling top di kota M di Pulau Sumatera sana, kami membahas tentang proses menjadi bagian dari warga Pulau Jawa. Kami juga membahas tentang persiapan untuk pekerjaan yang tidak pasti dan pegawai pasti.

Kami menyadari bahwa menjadi bagian dari warga Pulau Jawa bukanlah hal yang mudah. Kami harus menyesuaikan diri dengan budaya dan lingkungan yang baru. Kami juga harus belajar untuk bersaing dengan orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia.

Kami juga menyadari bahwa pekerjaan yang tidak pasti dan pegawai pasti memiliki tantangan tersendiri. Pekerjaan yang tidak pasti memiliki risiko yang lebih tinggi, tetapi juga memiliki peluang yang lebih besar. Pegawai pasti memiliki keamanan kerja yang lebih tinggi, tetapi juga memiliki tantangan untuk terus berkembang.

Kami menyadari bahwa kami harus bijaksana dalam memilih pekerjaan. Saya sendiri telah mengalami pekerjaan pasti Ketika menjadi aparat sipil, demikian juga rekan saya itu. Kembali perihal memberi semangat adalah hal yang manusiawi yang dapat kita lakukan, karena tantangan masa kini adalah bertahan dengan situasi serta mencari peluang untuk terus bertumbuh terutama dalam hal mental dan pikiran. Itulah kunci menjadi bijaksana.


Dialog Imajiner

Søren Kierkegaard berkata, bahwa hidup harus dipahami ke belakang, namun dijalani ke depan. Untuk memahami hal lalu tentang saya, saya ingin bertanya pada ibu saya tentang pandangannya tentang mendidik anak, bagaimana ia merelakan anaknya untuk dilepaskan pada lingkungan yang ia tidak jamin akan mendukung anaknya, apa yang ia buat dalam ekspektasi hidupnya tentang anak, karakter seperti apa yang ia inginkan terbentuk dalam diri saya, apakah ia pernah dikhianati, bagaimana ibu saya memandang orang tuanya, bagaimana sikapnya jika ekspektasinya tidak tercapai, dan nasihat apa yang ia berikan kepada saya saat ini.

Saya: “ibu, bagaimana Pandanganmu tentang mendidik anak?”
Ibu: “Mendidik anak adalah tanggung jawab yang besar dan mulia. Anakku. Aku menyadari mendidik anak adalah proses yang tidak mudah, aku sendiri membutuhkan kesabaran, cinta, dan komitmen.”

Saya: “Ibu, bagaimana caramu merelakanku untuk dilepaskan pada lingkungan yang tidak kau jamin akan mendukung diriku sendiri?”
Ibu: “Nak, ketahuilah bahwa aku merelakan engkau untuk dilepaskan pada lingkungan itu karena aku percaya pada kemampuanmu untuk bertahan dan berkembang. Kini kusampaikan bahwa aku ingin engkau belajar untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab. Karena memang pengalaman hidupku mengajarkan seperti itu, Nak.”

Saya:”Ibu yang baik, apa ekspektasi hidupmu tentang anak?”
Ibu: “Nak, aku  tidak memiliki ekspektasi yang tinggi terhadapmu. Aku hanya ingin engkau  menjadi orang yang baik dan bahagia. Jalan yang paling mungkin untuk itu adalah dengan bersekolah. Aku yakin dengan cara berpikir seperti itu.”

Saya:“Karakter seperti apa yang kau inginkan terbentuk dalam diriku, Ibu?”
Ibu:”Nak. Aku ingin engkau menjadi orang yang jujur, baik hati, dan bertanggung jawab. Aku juga ingin engkau menjadi orang yang mandiri dan berani. Ketahuilah, aku mengirim engkau begitu jauh, karena aku tahu kau butuh latihan hidup. Ada keberanian dalam dirimu yang menjadi bekalmu kelak.”

Saya: “Ibu, pernahkah kau dikhianati?”
Ibu:”Ah, nak. Dalam hidup yang paling penting adalah terus belajar, terlebih belajar memaafkan. Selanjutnya yang utama adalah melanjutkan hidup. Buatlah karyamu selama hidup, itu akan menghiburmu.”

Saya: “Ibu, bagaimana engkau memandang orang tuamu?”
Ibu:” Aku sangat menghormati dan menyayangi orang tuaku. Kau sendiri dapat melihat apa yang kulakukan pada mertuaku, begitulah caraku menghormati mereka. Bagiku, orang tua adalah panutan. Menjadi orang tua tidak mudah, sadarilah bahwa kau adalah panutan bagi anak-anakmu.”

Saya:”Ibu, bagaimana jika ekspektasi hidupmu tidak tercapai?”
Ibu: “Hal ini berat sekali, apalagi Ketika aku masih muda. Namun aku belajar menerima kenyataan dan belajar dari pengalaman. Ada hal-hal yang terus kupelajari dimana harapanku tidak tercapai, tetapi aku terus berusaha untuk mencapai tujuan dan menikmati saat-saat aku berhasil atau tidak berhasil.”

Saya:”Ibu, Nasihat apa yang kau berikan kepadaku saat ini?”
Ibu:” Nak, ada tiga hal yang kusampaikan padamu. Pertama, bersikaplah baik dan hormat kepada orang lain. Perlakukan sesama manusia seperti pada dirimu sendiri. Kedua, tetaplah belajar dan berkembang. Hidup ini berlanjut karena ada perubahan. Buatlah dirimu terus terhubung dengan hal-hal baru. Apapun itu. Ketiga, Ikutilah kata hatimu. Hati yang murni akan menuntun hidupmu lebih bermakna. Tak perlu menyesal karena kau salah. Menyesal tiada berguna, kembali lanjutkan hidupmu.”

Maka, saat ini saya sembari mengingat dua puluh tahun berlalu. Inilah pencapaian saya. Telah menulis kembali kisah yang dulu sempat terekam dalam ingatan dan hati. Kepada hidup yang abadi, terimalah kasih.

By living deeply in the present moment, we can understand the past better and we can prepare for a better future. (Thich Nhat Hanh)

tkn-mdn-jkt, 2001-2023.

Helv.