Melihat hal luar biasa: refleksi akhir tahun.

Di ujung tahun, gereja yang sunyi setelah perayaan Natal menampakkan suasana yang berbeda. Orang-orang sudah mulai berlibur, dan hanya sedikit yang memilih hadir di gereja pada akhir tahun ini. Meskipun sepi tanpa semarak Natal, khotbah yang disampaikan memberikan refleksi mendalam tentang keajaiban yang terkadang terlupakan dalam kehidupan sehari-hari. Khotbah dari mimbar menyentuh pertanyaan mendalam, “Bisakah kita melihat luar biasa dalam hal yang biasa?”

Dalam keheningan pertanyaan yang tak berjawab itu, muncul pertanyaan lain dalam pikiran saya, “Berapa banyak mukjizat yang akan kita alami di tahun depan?” “Mana lebih penting, daftar keinginan atau harapan yang terjawab, atau kejutan-kejutan baru yang di luar daftar tersebut?” Seakan menyelami renungan resolusi tahun lalu dan menatap masa depan yang tak terduga, Pertanyaan yang menggelitik itu menyadarkan saya bahwa betapa satu tahun itu cukup panjang.

Seiring berjalannya jam khotbah, pikiran saya melayang pada betapa istimewanya setiap hari. Dalam perjalanan hidup yang terkadang keras, berhasil bangun pagi, melalui setiap masalah dengan ketabahan yang tak terduga, perjumpaan dengan sahabat lama, mengunjungi tempat yang sama berulang-ulang adalah contoh kecil hal-hal “biasa” tersebut.

Tulisan kuno mengingatkan bahwa setiap hari memiliki anugerahnya sendiri (Omnis habet sua dona dies). Seakan merangkai kehidupan, Seneca mengajarkan bahwa kita belajar bukan hanya untuk sekolah, tetapi untuk hidup (non scholae sed vitae discimus).

Dalam renungan itu, saya merasa perlu memaknai (kembali) hal-hal biasa sebagai sesuatu yang berharga. Disiplin dan daya tahan tidak hanya terbentuk melalui ujian besar, melainkan melalui kesetiaan pada hal-hal kecil. Bersyukur atas napas, makanan, dan tempat tinggal menjadi kunci keajaiban belajar mengenai anugerah kehidupan setiap hari.

Seperti biasa pada tahun baru menjelang, kita diberi kesempatan untuk membuat resolusi yang sederhana. Jalan kaki, olahraga teratur, istirahat cukup, dan pola makan teratur bukan sekadar resolusi biasa, tetapi janji untuk merayakan kehidupan dalam segala kesederhanaannya.

Ibadah selesai, saya mengambil foto lilin yang menyala di mimbar, sebagai pengingat penghujung tahun dan permulaan tahun kehidupan yang tak mudah.



Mari bersiap, bukan hanya untuk kejutan baru, tetapi juga untuk melihat keajaiban baru dalam kegiatan rutin yang mungkin terasa biasa.

Depok/Bekasi, 31122023