Hai. Bagai mana keadaan hari ini? Sesuai pra perkiraan cuaca. Adakah kau bertambah bijak setelah hujan berkali-kali? Sepertinya biasa saja. Hanya sepertinya hujan kali ini memilih untuk jatuh, tak merahasiakan lagi rintik rindunya. O begitu? Demikian laporan pandangan mata pagi ini. Sekian dan terimalah kasih.
Tag: Puisi
Doa pagi 16
Ya Tuhan MahaheranMampukan kami dalam masa adaptasi kekuatiran baru. Amin20200803
di Pesisir Barat
Supaya jangan terlalu membenci besokkarena ia punya kesusahan dan keindahannya sendirisudah berlalu seharicintai saja hari inijadi...ke pantai, kita?Padang, 2015
Senja di batas kota.
Berapa senja yang tak terhitung sempat seperti juga pada ketibaan pagi yang terburu berapa makna yang teringat erat seperti juga pada duka dan suka yang saling tunggu.
Jurnal Fotopuisi #8 Percakapan di Ruang Senja
Percakapan di Ruang Senja Barangkali ini adalah catatan yang menggenapi hari dengan tapak perjalanan dalam waktu yang fana takkan ada pesta perayaan kali ini karena beribu hari aku gagal mengeja peristiwa kemarin aku memahaminya melalui senja yang tenggelam dibatas kota untuk apa ada pesta perayaan kali ini? jika sepanjang hari kita bernyanyi-menangis bergembira-bersedih bersama angin … Continue reading Jurnal Fotopuisi #8 Percakapan di Ruang Senja
Jurnal Fotopuisi #7 Yang Tak Terucapkan
Yang Tak terucapkan gemuruh angin membawa kabar tentang perempuan yang memanggul salib hidupnya ia menyeret langkahnya pada pusara takdir dalam sergapan karnaval luka Berkali-kali ia menolak cuaca yang bosan mengabarkannya melalui orkestra air hujan membawanya hanyut hingga ia terdampar dalam kubangan duka beribu kali menolak dingin udara namun kulitnya menerima perih karena dingin yang menusuk … Continue reading Jurnal Fotopuisi #7 Yang Tak Terucapkan
Jurnal Fotopuisi #6 Doa di Padang Ilalang
*Doa di Padang Ilalang* . Telah ku panggul salibku dalam merenda hari depan, Meski ku terseok-seok dan selalu harus pulang pada tembok ratapan. . Tak ada yang mampu memastikan bahwa rindu dan cinta tak mungkin lekang, termasuk pula oleh kenangan. Tak ada yang sanggup memastikan bahwa hari esok hanya dipenuhi oleh kebahagiaan; itu tak mungkin … Continue reading Jurnal Fotopuisi #6 Doa di Padang Ilalang
Jurnal Fotopuisi #4 Matahari Terbit dari Takengon
Matahari Terbit dari Takengon Hangat sinar mentari mendekap udara yang dingin Awan berbisik mesra dengan gumpalan menari-nari dipelupuk mata Pagi itu tibalah sebuah pesan darimu, kekasih. Pesanmu adalah nasihat bijak bagi hidup yang kita aliri cinta yang dihidupi batas harapan dan kenyataan yang harus dikhidmati Pesanmu menyitir Coelho dari Sang Alkemis; "jika engkau mendambakan sesuatu, … Continue reading Jurnal Fotopuisi #4 Matahari Terbit dari Takengon
Jurnal Fotopuisi #3: Orang-orang yang berjalan
Orang-orang yang berjalan . Hidup adalah permainan layang-layang Demikian Kuntowijoyo meracik kata dalam cerpen "Dilarang mencintai bunga-bunga" orang-orang berjalan mengikuti langkah kaki setia pada degup jantung juga suara hati. orang-orang berjalan mencari penghidupan karena tak ingin mati apalagi hidup sia sia Lihatlah, langit melengkungkan cahaya pepohonan rimbun menghimpun udara Burung burung bertasbih dengan cinta dari … Continue reading Jurnal Fotopuisi #3: Orang-orang yang berjalan
Jurnal Fotopuisi #2 Janji
Kepada jalan setapak yang disesaki lautan manusia dan kendaraan di Kota Medan Jalan panjang yang terhampar antara Siantar-Tebing tinggi-Parapat hingga tiba di Pelabuhan Ajibata Angin bertiup menyapu dedaunan yang berserakan di tanah Ia berjanji tak membebani Seperti janji rindu kepada waktu.. Swiss van Java, Oktober 2017 12.35 dari Bangsal Rumah Sakit Dian Cahaya